ASKEP HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi
adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai
dengan kenyataan ( Sheila L Vidheak, 2001 : 298 ).
Halusinasi
adalah sensori yang timbul berdasarkan pada stimulus internal yang tidak sesuai
kenyataan ( Ruth F. Cvaven, 2002 ; 1179 ).
Jenis
– jenis Halusinasi.
1. Halusinasi
pendengaran: Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
2. Halusinasi Penglihatan: Klien melihat
gambaran yang jelas atau samar – samar tanpa stimulus nyata dan orang lain
tidak melihatnya.
3. Halusinasi Penciuman: Klien mencium
bau – bau yang muncul dari sumber – sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan
orang lain tidak menciumnya.
4. Halusinasi Pengecapan: Klien merasa
makan sesuatu yang tidak nyata, biasnya merasakan rasa nyaman atau tidak enak.
5. Halusinasi Perasaan: Klien merasa
sesuatu pada kulit tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak
merasakannya.( Rasmun, 2001 : 23 ).
B.
Etiologi
1. Faktor Pendukung.
a. Faktor Biologis: Abnormalitas otak
yang menyebabkan respon neurologist yang maladaptive.
b. Faktor Psikologis: Orang tua yang
salah mendidik anak, konflik perkawinan, koping menghadapi stress tidak
konstruktif.
c. Faktor Sosial Budaya: Ketidak
harmonisan social budaya, hidup terisolasi, stress yang menumpuk.
2. Faktor Pencetus
a. Biologis: Stresor biologis yang
berhubungan dengan respon neurologist yang mal adaptif termasuk ganguan dalam
putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi dan abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidak mampuan.
b. Stres Lingkungan: Secara biologis
menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor
lingkungan, untuk menentukan terjadinya ganguan perilaku.
c. Pemicu Gejala: Pemicu yang biasanya
terdapat pada respon neurologi yang mal adaptif berhubungan dengan kesehatan
lingkungan dan sikap individu.
( Stuart dan Sundeen, 1998 : 305 – 310 ).
( Stuart dan Sundeen, 1998 : 305 – 310 ).
C. Patofisiologi
1. Tahap I: Memberi rasa nyaman, tingkat
ansietas sedang, secara murni Halusinasi merupakan suatu kesenangan.
a.
Karakteristik.
Mengalami
ansietas, kesepian, rasa bersalah, ketakutan, mencoba berfokos pada fikiran
yang dapat menghilangkan ansietas, dan pikiran pengalaman sensori masih ada
dalam control kesadaran (non psikotik).
b.
Perilaku Klien.
Tersenyum,
tertawa sendiri, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.
2. Tahap
II: Menyalahkan, tingkat kecemasan berat, secara umum halusinasi.
a. Karakteristik.
Pengalaman
sensori menakutkan, merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, mulai
merasa kehilangan control dan menarik diri dari orang lain ( non psikotik ).
b. Prilaku
Klien.
Terjadi
denyut jantung, pernafasan dan tekana darah, perhatian pada lingkungan
berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dengan realitas.
3. Tahap
III: Mengontrol tingkat kecemasan berat dan pengalaman tidak dapat ditolak.
a. Karakteristik.
a. Karakteristik.
Klien
menyerah dan menerima pengalama sensorinya ( halusinasi ), isi halusinasinya
menjadi aktaktif dan kesepian bila pengalaman sensori berakhir ( psikotik ).
b. Perilaku
Klien.
Perintah
halusinasi ditaati, sulit berhubungan dengan orang lain. Perharian terhadap
lingkungan berkurang, hanya beberapa detik dan tidak mampu mengikuti perintah
dari perawat, tampak tremor dan berkeringat.
4. Tahap
IV: Klien sudah dikuasai oleh halusinasi, klien panik.
a. Karakteriastik.
Pengalaman
sensori menjadi pengancam dan halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam
/ hari.
b. Perilaku
Klien.
Perilaku
panic, resiko tinggi mencederai, agitasi atau katatonik, tidak mampu berespon
terhadap lingkungan
(
Tim Keperawatan Jiwa FIK – UI ; dikutip oleh Rasmun ; 2001 ; 24 ).
D. Tanda dan Gejala
1.
Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2.
Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium dan merasa sesuatu tidak
nyata.
3.
Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4.
Tidak dapat membedaka hal nyata dan tidak nyata.
5.
Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
6.
Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7.
Sikap curiga.
8.
Menarik diri, menghindar dari orang lain.
9.
Sulit membuat keputusan, ketakutan.
10.
Tidak mampu melakukan asuhan mandiri.
11.
Mudah tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain.
12.
Muka merah dan kadang pucat.
13.
Ekspresi wajah tenang.
14.
Tekanan Darah meningkat, Nadi cepat dan banyak keringat.
(
Mary C. Townsend, 1998 : 98 – 103 ).
E. Rentang Respon
Halusinasi
Halusinasi
merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada dalam tentang
respon neurobiologi ( Stuart dan Laraia, 2001 ). Ini merupakan
respon persepsi paling maladaptif. Jika klien yang sehat persepsinya akurat,
mampu mengindentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca inderawalaupun
sebenarnyastimulus tersebut tidak ada. Di antara kedua respon tersebut
adalah rewspon individu yang karena sesuatu hal yang mengalami kelainan
persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diditerimanya yang
disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya
terhadap stimulus panca indera tidak akurat
sesuai stimulus yang diterima.
F. Faktor Predisposisi
Beberapa
faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi
seperti pada halusinasi antara lain :
a. Faktor
genetis.
Telah diketahui bahwa
secara genetis schizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu namun
demikian kromosom yang ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen schizofrenia ada
di kromosom nomor 6 dengan konstribusi genetik tambahan nomor 4,5,15,dan
22 (buchanan &carpenter,2000). Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami schizofrenia 50 % jika salah satunya
mengalami schizophrenia, sementara jika di zigote peluangnya sebesar 15 %.
Jika seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami schizophrenia berpeluang 15% mengalamischizophrenia,
sementara bila kedua orang tuanya schizophreniamaka peluangnya menjadi 35
%.
b. Faktor
Neurobiologi
Ditemukan bahwa kortek
pre frontal dan kortek limbik pada klienschizophrenia tidak
pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada
klien schizophrenia terjadi penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal. Neurotransmiter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
c. Studi
Neurotrasmiter
Schizophrenia diduga
juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan, neurotransmiter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin.
d. Teori
Virus.
Paparan virus
influensae pada trimester ke – 3 kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi schizophrenia.
e. Psikologis.
Beberapa kondisi
psikologis yang menjadi faktor predisposisi schizophrenia antara lain
anak yang diperlakukan oleh ibu
yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tak perperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
G. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor
pencetus respon neurobiologis meliputi :
a.
Berlebihannya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan yang
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b.
Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (
mekanisme gatung abnormal )
c.
Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku
seperti yang tercantum di
Tabel 3.
Tabel
3. Gejala-gejala Pencetus Respon Neurobiologi ( Stuart dan Laraia, 2001 hal.
416
Kesehatan
|
Nutrisi kurang
Kurang tidur
Ketidakseimbangan
irama sirkadian
Kelelahan
Infeksi
Obat-obat Sistem
syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan
|
Lingkungan
|
Lingkungan yang
memusuhi, kritis
Masalah di rumah
tangga
Kehilangan kebebasan
hidup
Perubahan kebiasaan
hidup,pola aktifitas sehari-hari
kesukaran dalam
hubungan dengan orang lain
Isolasi sosial
Kurangnya dukungan
sosial
Tekanan kerja(kurang
ketrampilan dalam bekerja )
stigmatisasi
Kemiskinan
Kurangnya alat
transportasi
ketidakmampuan
mendapat pekerjaan
|
Sikap/perilaku
|
Merasa tidak mampu
(harga diri rendah)
Putus asa ( tidak
percaya diri)
merasa gagal
(kehilangan motivasi menggunakan ketrampilan diri )
kehilangan kendali
diri(demoralisasi )
merasa punya kekuatan
berlebihan dengan gejala tersebut
Merasa malang (tidak
dapat memenuhi kebutuhan spiritual)
bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan
Rndahnya kemampuan
sosialisasi
perilaku agresif
erilaku kekerasan
ketidakadekuatan
pengobatan
Ketidakadekuatan
penanganan gejala
|
H.
Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang
sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :
* Regresi,menjadi
malas beraktifitas sehari-hari
*
Proyeksi,mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggungjawab
kepada orang lain atau benda
* Menarik diri
,sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
* Keluarga
mengingkari masalah yang dialami oleh klien
I. Penatalaksanaan Medis
1.
Penderita per Individu
2. Farmakotherapi ( anti psikotik )
harus ditinjang oleh psikoterapi seperti Klorpromazin 150 – 600 mg / hari,
Haloperidol 5 – 15 mg / hari, Porpenozin 12 – 24 mg / hari dan Triflufirazin 10
– 15 mg / hari. Obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran,
dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula dinaikkan sampai mencapai dosis (
stabilisasi ) , kemudian diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis
pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan – 2 tahun ( diselingi masa bebas obat 1 – 2
hari / minggu ). Kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu dan
dihentikan.
3. Satu macam pendekatan terapi tidak
cukup, tujuan utama perawatan dirumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien
dan system pendukung masyarakat.
(
Arif Mansjoer, 1999 : 2000 ).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN
GANGGUAN HALUSINASI
F. Diagnosa Keperawatan
1.
Daftar Masalah.
a.
Perubahan persepsi sensori ; Halusinasi Dengar.
b.
Resti mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
c.
Isolasi social ; Menarik Diri.
d.
Ganguan konsep diri ; HDR.
e.
Tidak efektifnya koping individu.
f.
Menurunya motifasi perawatan diri.
g.
Defisit perawatan diri.
h.
Perilaku kekerasan.
i.
Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik.
j.
Tidak efektifnya koping keluarga ; ketidak mampuan keluarga merawat anggota
keluarga
yang
sakit.
2.
Diagnosa Keperawatan
·
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi….
·
Perubahan sensori persepsi : halusinasi …………berhubungan dengan menarik
diri.
·
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
4.
Perencanaan Keperawatan
a.
Bina hubungan saling percaya, hubungan interpersonal.
b.
Tetapkan gejala dari halusinasi termasuh durasi, intensitas dan frekuensi.
c.
Fokuskan pada gejala dan tanyakan kepada klien untuk mendapatkan gambaran apa
yang terjadi.
d. Identifikasi apakah klien sedang mengunakan obat – obatan atau alcohol.
d. Identifikasi apakah klien sedang mengunakan obat – obatan atau alcohol.
e.
Jika ditanya tegaskan dengan sederhana bahwa anda tidak mengalami rangsangan
yang sama.
f.
Beri dorongan dan pujian dalam hubungan interpersonal.
g.
Bantu klien mengidentifikasi keperluan, mungkin info menggambarkan isi dari
halusinasi.
h.
Tanyakan pengaruh dari gejala halusinasi pada aktivitas dan kehidupan sehari –
hari.
(
Stuart dan Sunden, 1998 : 428 ).
5.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi
merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek daritindakan keperawatan
pada klien, evaluasi dilaksanakan terus menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada evaluasi klien diharapkan
mampu :
a.
Menjelaskan waktu dan tempat terjadinya halusinasi.
b.
Menyebutkan saat terjadinya halusinasi.
c.
Membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
d.
Memilih cara untuk mengatasi halusinasi.
e.
Berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa curiga.
f.
Berespon sesuai dengan stimulasi dari luar dirinya.
g.
Tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
h.
Mengontrol halusinasi.
(
Budi Anna Keliat, 1998 : 15 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar