RESPIRATORY DISTRES
SYNDROME (RDS)
ATAU
HYALINE MEMBRANE DISEASE (HMD)
A.
Definisi
Sindrom Distres
Pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline membrane
disease (HMD). (Suryadi dan Yuliani, 2001).
HMD
adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan
tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar,
yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang
spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit,
adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA.
B. Patofisiologi
· Pada
RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat
yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel
saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada
kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari
fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan
tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan
sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan
menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan
asidosis.
· Hipoksia
akan menyebabkan terjadinya :
1.
Oksigenasi jaringan menurun menyebabkan metabolisme anerobik dengan penimbunan
asam laktat asam organic sehingga terjadi asidosis metabolic.
2.
Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris menyebabkan transudasi
kedalam alveoli sehingga terbentuk fibrin.
· Asidosis
dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantung, penurunan aliran darah
keparu, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan
terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada
bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan
adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.
C. Komplikasi
· Pneumothorax
· Pneumomediastinum
· Pulmonary
intestinal dysplasia
· Bronchopulmonary
dysplasia (BPD)
· Patent
ductus arteriosus (PDA)
· Hipotensi
· Menurunnya
pengeluaran urine
· Asidosis
· Hiponatremi
· Hipernatrium
· Hipokalemi
· Hipoglikemi
· Disseminated
intravascular coagulation (DIC)
· Kejang
· Intraventricular
hemorrhage
· Retinopathy
pada premature
· Infeksi
sekunder
D. Etiologi
· Defesiensi
atau kekurangan surfaktan.
Ada
4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur,
asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria.
· Gangguan
traktus respiratorius :
ü Hyaline
membrane disease (HMD). Berhubungan dengan kurangnya masa gestasi (bayi
prematur)
ü Transient
tachypnoe of the newborn (TTN). Paru-paru terisi cairan, sering terjadi pada
bayi Caesar karena dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga
menghambat pengeluaran cairan dari dalam paru.
ü Infeksi
(pneumonia)
ü Sindroma
aspirasi
ü Hipoplasia
paru
ü Hipertensi
pulmonal
ü Kelainan
congenital (choanal atresia, hernia diagfragma,pieer robin sindroma)
ü Pleural
effusion
ü Kelumpuhan
saraf frenikus
· Luar
traktus respiratoris:
Kelainan
jantung congenital, kelainan metabolic, darah dan SSP.
E. Manifestasi
Klinis
· Pernafasan
cepat (tachynea)
· Retraksi
(takiran) dada (suprastenal, substernal, intercostals)
· Pernfasan
terlahat paradoks
· Cuping
hidung
· Apnea
· Murmur
· Sianosis
pusat
F.
Pemeriksaan Diagnostik
· Foto
rontsen: menunjukan adanya atelektasis
· Analisa
gas darah: analisis gas darah arteri dengan PaO2 kurang dari 50 mmHg dan PCO2
diatas 60 mmHg
· Imatur
lecithin / sphingomyolin (L / S): esitin/spingomielin rasio 2:1 mengindikasikan
bahwa paru sudah matur
G. Penatalaksanaan
Terapiutik
· Pemberian
oksigen
· Pertahankan
nutrisi adekuat
· Pertahankan
suhu lingkungan netral
· Diet
60 kcal/kg per hari ( sesuaikan dengan protocol yang ada) dengan asam amino
yang mrncukupi untuk mencegah katabolisme protein dan ketoasidosis
endogenous
· Pertahankan
PO2 dalam batas normal
ASUHAN
KEPERAWATAN TEORITIS
HMD
(HIALIN MEMBRANE DISEASE)
A. Pengkajian
· Data
Demografi ( Nama Anak, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
alamat, pendidikan terakhir, agama, suku dsb)
· Lakukan pengkajian fisik bayu baru lahir dan
pengkajian gestasi.
· Lakukan
pengkajian sistemik, dengan penekanan kusus pada pengkajian pernafasan.
· Observasi
adanya manifestasi RDS :
- Dispnue/hipernue/takipneu
- Sianosis
- Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals
- Grunting expirasi
- Mengorok ekspiratori
- Pernapasan cuping hidung
- Pernapasan kulit
- Dispnue/hipernue/takipneu
- Sianosis
- Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals
- Grunting expirasi
- Mengorok ekspiratori
- Pernapasan cuping hidung
- Pernapasan kulit
· Identifikasi
faktor risiko
· Kaji
system pernafasan: tanda dan gejala RDS
· Kaji
system kardiovaskuler: adanya murmur
· Kaji
sianosis, indikasi kegawatan hypoxia
· Kaji
hasil laboratorium
· Kaji
endotracheal tube (selang intubasi tracea)
B.
Diagnosa
· Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada atau kurangnya
jumlah cairan surfaktan
· Tidak
efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau pemasangan
intubasi tracea yang kurang tepat dan adanya secret pada jalan nafas.
· Tidak
efektif pola nafas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi dan ventilator,
tidak berfungsinya ventilator, dan posisi bantuan ventilator yang kurang tepat
· Resiko
injury berhubungan dengan ketidakseimbangnya asam – basa; O2 dan CO2 barotrauma
(perlukaan dinding mukosa) dari alat bantu nafas
· Resiko
perubahan peran orang tua berhubungan dengan hopitalisasi sekunder dari situasi
krisis pada bayi
· Risiko
kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa disadari
(insensible water loss)
· Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan menelan,
motilitas gastric menurun, dan kurangnya penyerapan
C. Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan imatur paru dan dinding dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan
Tujuan:
Untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Intervensi:
· Identifikasi
bayi mungkin adanya risiko-risiko yang muncul
· Monitor
ststus pernafasan; distress pernafasan dan lapor ke dokter bila terjadi
keburukan kondisi pernafasan
· Monitor
analisa gas darah, pulse oximetry
· Posisikan
bayi dengan tepat agar ada upaya bernafas
· Pertahankan
suhu lingkungan netral
· Mengurangi
pegangan
· Pemberian
oksigen sesuai program
2.
Tidak
efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau pemasangan
intubasi tracea yang kurang tepat dan adanya secret pada jalan nafas
Tujuan:
Meningkatkan kebersihan jalan nafas
Intervensi:
· Kaji
daya bayi apakah bunyi nafas bilateral dan adanya ekspansi selsma inspirasi
· Atur
posisi bayi untuk memudahkan drainage
· Lakukan
pengispan lendir (suction)
· Kaji
kepatenan jalan nafas setiap jam
· Kaji
posisiketepatan alat ventilator setiap jam
· Auskultasi
kedua lapang paru
3.
Resiko
perubahan peran orang tua berhubungan dengan hopitalisasi sekunder dari situasi
krisis pada bayi
Tujuan:
Meningkatkan bonding orang tua –bayi
Intervensi:
· Jelaskan
semua alat-alat (monitor, ETT, ventilator) pada orang tua
· Ajarkan
orang tua untuk selalu mengunjungi
· Jika
tidak menggunakan oksigen, ajarkan orang tua untuk menyentu bayi, bercakap dan
belaian kasih sayang
· Ajarkan
cara orang tua untuk beradaptasi dalam perawatan bayi
· Instruksikan
pada ibu untuk memberikan ASI dan ajarkan cara merangsang pengeluaran ASI
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA BAYI “M” DENGAN
HIALIN
MEMBRANE DISEASE
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas Bayi dan Penanggung Jawab
· Identitas
Bayi
Nama bayi :
By. “M”
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Tanggal Lahir : November 2012
BBL :
3700 gram
Med. Rec :679898
Agama :
Islam
Alamat :
Ogan Ilir
Pengkajian :
4 Desember 2012
Diagnosa :
HMD grade II
· Identitas
Penanggung Jawab
Nama Ibu :
Ny. “M”
Umur Ibu :
34 tahun
Agama :
Islam
Pendidikan :
SLTA
Pekerjaan :
IRT
2.
Riwayat
Kesehatan
· Keluhan
utama: Lahir tidak langsung menangis
· Riwayat
Penyakit Sekarang: Bayi datang diantar keluarga ke RSMH, ibu melahirkan di
klinik bersalin, ekstraksi vakum atas indikasi SC ditambah ibu kelelahan,
ditolong Sp.Og dari ibu G2 P1 A0 hamil aterm, lahir tidak langsung menangis.
Bayi lahir pada tanggal 28 November 2012 pukul 17.20 WIB. Refleks hisap lemah, tangis lemah, aktivitas
hipoaktif dengan nadi 128 x/ menit, pernafasan 66 x/menit dan temperatur 36,2°C.
· Riwayat
Persalinan: Ibu klien melahirkan di klinik bersalin, ekstraksi vakum atas
indikasi SC ditambah ibu kelelahan, ditolong Sp.Og dari ibu G2 P1 A0 hamil
aterm, ketuban jernih, ketuban pecah dini tidak terjadi
· Status
Kehamilan : G2 P1 A0
3.
Pengkajian Fisik
a. Refleks
1. Refleks menggenggam: Refleks menggenggam pada By.
“M” (+) tapi lemah.
2. Refleks menghisap: Refleks menghisap (+) ditandai
dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi menghisap jari, hisapan lemah.
3. Refleks
rooting: Reflek rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan
ditempelkan di pipi bayi.
b.
Tonus otot
Gerakan
bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi sering
menggerek-gerakan tangan dan kakinya.
c.
Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum :
sedang
Kesadaran :
Somnolent
Lingkar kepala :
33 Cm
Lingkar dada :
30 Cm
Panjang badan :
49 Cm
Berat badan :
3850 Gram
Suhu :
36 °C
Respiratory :
70 x/menit
Nadi :
132 x/menit
d.
Kepala
Bentuk
kepala Normochepal, lingkar kepala 33 cm, pertumbuhan rambut merata, tidak ada
lesi, tidak ada benjolan, fontanel anterior masih lunak, sutura sagital datar
dan teraba, gambaran wajah simetris terdapat larugo disekitar wajah dan badan.
Mata
simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, mata bersih tidak terdapat
sekret, mata bisa mengedip, bulu mata tumbuh, reflek kornea (+) reflek terhadap
sentuhan, reflek pupil (+) respon terhadap cahaya, replek kedip (+)
f.
Telinga
Letak
telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga bersih, tidak terdapat serumen,
tidak ada lesi, bentuk telinga baik, lunak dan mudah membalik, ( Cartilago car
) baik, terdapat rambut larugo.
g.
Hidung
Hidung
bentuk simetris, terpasang NGT, keadaan hidung bersih tidak terdapat peradangan
atau pembengkakan hidung.
h.
Mulut
Bentuk
bibir simetris, bibir terdapat bercak putih pada membran mukosa, refleks hisap
(+), reflek rooting (-).
i.
Dada dan Paru-paru
Dada
simetris ( Sama antara kiri dan kanan ), bentuk dada menonjol, PX terlihat
jelas.
j.
Jantung
Nadi
apikal 132 x/menit, bunyi jantung reguler BT1 + BT2, palapasi nadi brakhialis
(+) lemah, radialis (+) lemah, femoralis lemah dan nadi karotis (+)
k.
Abdoment
Bentuk
abdomen dan cekung pada bagian px, bising usus dapat terdengar 4x/menit, tali
pusat belum putus, keadaan kering, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat haluaran
nanah, perut diraba lunak.
l. Genitalia
Lubang
penis terdapat di gland penis, kedua testis dapat teraba pada scrorum.
m. Anus
Anus
paten, ditandai dengan bayi sudah BAB, mekonium sudah keluar berwarna hitam dan
lembek
n. Punggung
Terdapat
banyak rambut larugo, bentuk simetris, tidak terdapat ruam kemerahan atau rush.
o. Ekstrimitas
Ekstrimitas
dapat bergerak bebas, ujung jari merah muda/tidak sianosis, jumlah jari
komplit, kaki sama panjang, lipatan paha kanan dan kiri simetris, pergerakan
aktif
p.
Kulit
Warna
kulit merah seluruh tubuh, sianosis (-),tidak terdapat tanda lahir, Skin Rush(-),
Ikterik (-).
q.
Eliminasi
Eliminasi
BAK 6-8 x/hari, BAB 2-4 x/hari
r.
Suhu
Suhu
tubuh 36,2 oC
4.
Hubungan Psikososial Orang tua dengan Bayi
a. Budaya: -
b. Agama: Agama yang dianut keluarga klien yaitu
agama islam.
c. Psikologis: Psikologis ibu klien sangat labil
dikarenakan kondisi yang dialami anaknya saat ini. Dia jarang menjenguk
anaknya.
5. Hubungan Orang tua dengan Bayi
Tingkah
laku Ibu Anak:
· Menyentuh:
jarang
· Memeluk:
jarang
· Berbicara:
jarang
· Berkunjung:
jarang
· Memanggil
nama: jarang
· Kontak
mata: jarang
6.
Pemeriksaan Penunjang
· Pemeriksaan
Laboratorium
Hematologi
(Tanggal 5 Desember 2012)
No
|
Parameter
|
Hasil
|
Nilai
Normal
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
|
Hemoglobin
Eritrosit
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limposit
Monosit
|
14,2 g/dl
4.190.000/mm3
41 vol %
12.900/mm3
85.000/mm3
0 %
4 %
1 %
50 %
30 %
15 %
|
14 – 18 g/dl
4,5 – 5,5 juta/mm3
40- 48 vol %
5000 – 10.000/ mm3
200.000 – 500.000/mm3
0 – 1 %
1 – 3 %
2 – 6 %
50 – 70 %
20 – 40 %
2 – 6 %
|
7.
Therapy
· Ampicilin
3 x 100mg/ hari
· Amikasin
2 x 40mg/ hari
· Sabital 2 x 15mg/ hari
B.
ANALISA DATA
No
|
Data
Penunjang
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
Ds:
-
Do:
· RR
70 x/menit
· Retraksi
dinding dada (+)
· Retraksi
dinding efigastrium (+)
· Bayi
tampak lemah
|
CO2 meningkat
Sulfaktan menurun
|
Gangguan pola nafas
|
2
|
Ds:
-
Do:
· Suhu
bayi 36,2 °C
|
Bayi tidak bisa memproduksi panas
tubuh sesuai kebutuhan
Panas tubuh mudah hilang
|
Resiko tinggi hipotermi.
|
3
|
Ds:
klien
mengatakan kapan anaknya bisa pulang
Do:
· Ibu
tampak cemas
· Ibu
menangis Anak sakit
|
Hospitalisasi
Cemas
|
Gangguan rasa aman cemas
|
C.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan
pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh
2. Resiko
tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya
lapisan lemak pada kulit.
3. Kecemasan
ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
|
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gangguan pola nafas berhubungan dengan
belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh
|
Setelah dilakukan perawatan dalam 3 x
24 jam, gangguan pola nafas berkurang.
|
· Observasi
pola nafas
· Observasi
TTV
· Tempatkan
bayi pada tempat yang hangat
· Berikan
terapy O2 sesuai dengan kebutuhan
· Kolaborasi
pemberian terapy obat
|
· Mengetahui
frekuensi nafas
· Mengetahui
keadaan umum bayi
· Mempertahankan
suhu tubuh
Membantu
· Memenuhi
suplai O2
· Obat-obatan
mungkin dibutuhkan dalam pemberian terapi
|
2
|
Resiko tinggi gangguan termoregulasi:
hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit.
|
Tupan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh tetap normal.
Tupen:
Suhu 37oC Bayi tidak kedinginan |
· Tempatkan
bayi pada tempat yang hangat
· Pantau
suhu tubuh setiap 2 jam
|
· Mencegah
terjadinya hipotermi
· Mengetahui
perubahan suhu yang terjadi
|
3
|
Kecemasan ortu berhubungan dengan
kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi
|
Tupan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cemas keluarga klien berkurang Tupen: Ibu tidak menangis Mimik verbal tidak cemas |
· Kaji
tingkat kecemasan
· Berikan
penjelasan tentang keadaan klien saat ini
· Berikan
kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan
· Anjurkan
keluarga untuk tetap mengunjungi bayinya
|
· Mengetahui
koping individu
· Meningkatkan
pengetahuan orang tua
· Membina
hubungan saling percaya
|
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
|
No
DX
|
Tanggal
|
Implementasi
|
Respon
|
1
|
I
|
Selasa,
4 Desember 2012
Pukul
21.00 WIB
|
1. Mengobservasi pola nafas
2. Mengobsevasi TTV
3. Menempatkan bayi pada tempat yang
hangat
4. Melakukan kolaborasi pemberian
terapy obat
|
/R: klien tampak
gelisah
Respirasi : 66
x/menit
/R : Klien Tampak lemah Suhu: 36. 2 o C Nadi: 128 x/menit Respirasi : 66x/menit /R : klien tampak lemah
/R
: Klien terlihat meringis
H
:
Sabital 2 x 15mg/ hari
|
II
|
Selasa,
4 Desember 2012
Pukul
22.00 WIB
|
1.
Menempatkan bayi pada tempat yang hangat
2.
Memantau suhu tubuh setiap 2 jam
|
/ R : Klien tampak
lemah
/ R : Klien tampak
gelisah
H : Suhu : 36.5 °C |
|
III
|
Kamis,
7 Desember 2012
Pukul
06.00 WIB
|
1.
Mengkaji tingkat kecemasan
2.
Memberikan penjelasan tentang keadaan klien saat ini
3.
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan
4.
Menganjurkan keluarga untuk tetap mengunjungi bayinya
|
/R : Orang tua klien
mau menjawab pertayaan perawat
H : Orang tua klien tampak cemas /R : Keluarga bertanya mengenai keadaan bayinya H : Keluarga mengetahui keadaan bayinya. /R : Keluarga mau mengungkapkan perasaannya H : Keluarga khawatir dengan keadaan bayinya saat ini dan berharap bayinya cepat dibawa pulang /H : Orang tua jarang mengunjungi bayinya. |
|
2
|
I
|
Rabu,
5 Desember 2012
Pukul
21.00 WIB
|
1. Mengobservasi pola nafas
2. Mengobsevasi TTV
3. Menempatkan bayi pada tempat yang
hangat
4. Melakukan kolaborasi pemberian
terapy obat
|
/R: klien gelisah
Respirasi : 72
x/menit
/R : Klien Tampak lemah Suhu: 36 o C Nadi: 134 x/menit Respirasi : 72x/menit /R : klien tampak lemah
/R
: Klien tampak meringis
H
:
Sabital 2 x 15mg/ hari
|
II
|
Rabu,
5 Desember 2012
Pukul
21.00 WIB
|
1.
Menempatkan bayi pada tempat yang hangat
2.
Memantau suhu tubuh setiap 2 jam
|
/ R : Klien tampak
lemah
/ R : Klien tampak
gelisah
H : Suhu : 36.5 °C |
F. EVALUASI
No
|
Diagnosa
|
Evaluasi
Keperawatan
|
1
2
3
|
I
II
III
|
Selasa,
4 Desember 2012. Pukul 23.00 WIB
S
: -
O : Keadaan Bayi hipoaktif, klien gelisah, nafas cepat 66 x / menit A : Gangguan pola nafas belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan I : o Kaji pola nafas klien o Observasi TTV o Kolaborasi pembererian obat sesuai kebutuhan.
Selasa,
4 Desember 2012. Pukul 23.00 WIB
S
: -
O : Suhu tubuh 36,5 oC A : Resiko tinggi Gangguan termoregulasi Hypotermoregulasi belum teratasi P : Lanjutkan intervensi I : o Kaji suhu tubuh setiap hari
Selasa,
4 Desember 2012. Pukul 23.00 WIB
S
: Ibu klien mengatakan senang melihat kondisi anaknya
O : Ibu klien tersenyum, ibu tidak menangis A : Gangguan rasa aman cemas teratasi P : Tingkatkan pengetahuan keluarga |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar