Pelajaran Ketika Datang Hujan
Sambil menghirup sop
yang aku pesan di cafe ini, samar-samar aku mendengar suara salah seorang
wanita bersama teman-temannya yang sedang berteduh, mengeluh karena hujan tak
kunjung mereda. Dari pakaian yang mereka kenakan aku bisa melihat mereka dari
kalangan yang berdada, rambut diurai yang tampak jatuh lembut, kulit putih yang
terawat serta wajah yang dipoles dengan bermacam-macam alat make up. Serta tak
lupa High Heels yang sepertinya setinggi 12 cm itu. dan aku berharap kaki
mereka cukup kuat untuk menahan rasa sakitnya.
“Haduh, kok hujannya
tak kunjung berhenti ya?” ungkap seorang wanita
“iya padahal sayang
sekalikan weekend seperti ini malah turun hujan.” Saut salah satu wanita lagi.
“iya, jangan saja
sampai nanti malam hujannya tak berhenti. Bisa-bisa malam minggu aku
berantakan” kata salah seorang lagi dari mereka.
Tak lama kemudian ada
seorang anak kecil yang datang menghampiri ketiga wanita tersebut.
“mbak bagi duit mbak” kata
anak kecil tersebut
Dengan tatapan yang tak
dapat kugambarkan, aku melihat wanita tersebut seperti kesal melihat anak
tersebut “kamu tidak lihat kita lagi kesusahan, eh kamu malah minta duit. Dasar
pengemis kecil” kata salah satu dari mereka.
“Iya, kamu kecil-kecil
sudah jadi pengemis !! bagaimana besarnya nanti. Seharusnya kamu itu sekolah”
tambah salah satu dari mereka.
“dasar pelit, percuma
orang kaya kalau tidak mau sedekah. Lebih baik aku yang tidak sekolah dari pada
mbak sekolah tinggi-tinggi tapi pemikirannya rendah” maki anak kecil tersebut.
Kontan saja hal ini membuat salah satu
dari mereka naik darah dan hendak memaki anak tersebut. Tetapi sebelum hal itu
terjadi sang anak telah pergi meninggalkan wanita itu. aku tersenyum geli
melihat pemandangan yang terjadi di depan mataku. Sebelum pergi anak itu
berhenti dan berteriak lagi.
“Kami tidak sekolah
bukan karena kami malas, tapi keadaan yang memaksa kami tidak begini” teriak
anak tersebut. Dengan raut muka yang seperti hampir menangis.
Dengan wajah yang mashi
tampak merah, anak kecil itu masuk kedalam cafe tempatku berteduh, tak lama
kemudiam datang dan menghampiriku.
“mbak bagi duit mbak”
Aku tersenyum lalu kemudian
aku memberi salah satu es krim yang ada di mejaku pada mereka. “adek lebih baik
adek kerja, dari pada meminta. Hasilnya lebih puas lho dek” kataku pelan.
Kemudian dia pergi dan
berlari dengan girang. Tak tampak lagi raut sedih di wajahnya. Ditengah
perjalanan anak itu mengatakan terima kasih padaku. Aku tersenyum dan didalam
hati aku mengucap rasa syukur kepada Allah, karena dibalik diluar sana masih
banyak orang-orang yang tak seberuntung diriku.
Setelah puas menyeduh
minumanku, aku beranjak dan hendak pergi keluar dan melanjutkan perjalanan. Aku
berdiri tepat disamping ketiga wanita yang aku lihat dari dalam tadi. Di depan
mall aku bisa melihat banyak sekali anak kecil yang memanfaatkan berkah hujan
turun sebagai rezeki buat mereka. Meski penghasilannya sedikit tetapi berkahnya
sungguh luar biasa.
“Dek, ojek payung dek?”
tanya seorang wanita yang kepada salah
satu anak yang membawa ojek payung.
“tidak ah mbak, kami
kan pengemis jadi mbak minta tolong saja sama orang yang bukan pengemis!”
ungkap anak yang membawa payung tersebut. Mendengar jawaban sang anak aku
sontak terkejut. Aku masih tidak mengerti mengapa anak ini mengatakan hal yang
seperti itu kepada wanita tersebut. sedangkan wanita tadi hanya bisa diam dan
tampak syok mendengar jawaban tersebut.
“dek ojek payung
keseberang berapa?” tanyaku pada anak itu. dan kejutan berikutnya kudapatkan,
bukan hanya aku tetapi juga ketiga wanita tadi. Ternyata anak ini adalah anak
yang tadi kuberi es krim. Aku senang melihatnya sudah tidak meminta-minta lagi,
tapi di satu sisi aku sedih karena anak sekecil ini sudah harus mencari uang dan rela hujan-hujanan hanya untuk mendapatkan
sedikit uang utnuk kehidupannya.
“buat mbak gratis”
Lagi-lagi jawaban anak
ini membuat aku terkejut untuk kesekian kalinya. “kenapa gratis dek?” tanyaku
kemudian. Tetapi yang ditanya malah tersenyum.
“ayo mbak” katanya
kemudian
Aku masuk kedalam
payung yang dibawa anak ini. Karena perjalanan ketempat yang aku tuju cukup
jauh, aku mengajak anak ini berbincang-bincang.
“nama adek siapa?”
tanyaku memulai percakapan.
“aku andi mbak”
jawabnya sambil tersenyum
“andi umurny berapa?”
tanyaku kemudian
“7 tahun mbak?”
“berarti sudah kelas 2
SD ya?”
“andi tidak sekolah
lagi mbak.” Jawabny lirih
“kenapa?” tanyaku
penasaran.
“mau sih mbak, tapi
orang tua aku tidak punya duit. Andi hanya hidup dengan ibu dan adik andi. Ibu
hanya bekerja sebagai buruh cuci yang gajinya terbilang kecil. Biarlah mbak,
adik andi saja yang sekolah nanti. Dan aku akan membiayai sekolahnya. Biar dia
tidak dibilang pengemis lagi.” katanya menjelaskan. Anak sekecil ini sudah
punya fikiran yang sangat mulia. Dengan segala keterbatasannya dia bisa
mengatakan hal yang istimewa sekali buatku.
“kan sekarang
sekolahnya sudah gratis dek”
“yah mbak, di dunia ini
tidak ada yang gratis. Semuanya butuh duit mbak. Walaupun kata pak presiden
sekolah gratis tapi yang namanya buku, baju dan sebagainya kan juga belinya pakai duit mbak.
Jadi tetap saja ujung-ujungnya bayar. Belum lagi kalau disekolah nanti, pasti
bayar ini bayar itu. kalau andi maksain buat sekolah, kasian ibu mbak. Biarlah
andi kerja sekarang toh nanti pasti ada jalan” Katanya dengan nada yakin. Mendengar
perkataan anak ini, aku mulai berfikir apakah kebijakan untuk sekolah gratis
tidak terjamah oleh semua kalangan ? ataukah kebijak tersebut harus dirubah
kembali dan harus disesuaikan ?. Entahlah yang pasti masih bayak sekali
anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya.
“memang penghasilan
andi sehari berapa dari ngamen dan ngojek payung?” tanyaku penasaran
“tidak besar sih mbak,
tapi cukup buat makan adik sama ibu. Kira-kira 30.000 mbak” katanya
menjelaskan.
Aku mulai berfikir
mereka mencari uang seharian hanya untuk mendapatkan uang 30.000 sedang bagiku
30.000 itu sangat kecil dan tidak berarti, tetapi bagi mereka sangat membantu
dan berarti.
“Adek mau kalau mbak
bantu?” tanyaku kemudian
“bantu apa mbak?”
tanyanya terlihat antusias.
“kebetulan mbak, banyak
temen yang guru. Adek mau kalau mbak bantu adek buat belajar. Memang sih bukan
sekolah seperti sekolah lain. Tapi kan lumayan kalau adek sama teman-teman adek
bisa belajar membaca, menghitung dan pengetahuan lainnya. Nanti mbak ajak
teman-teman datang kedaerah adek. Gimana?”
“serius mbak. Iya mau
mau mbak. Nanti aku ajak semua teman-teman” katanya antusias
“adek tinggal dimana?”
“di Rusun belakang mbak
blok 21”
“begini saja, minggu
depan adek datang ke dekat Pos satpam yang ada di belakang nanti kita cari
tempat buat belajar jam 12 siang.” Kataku kemudian
“iya mbak, aku mau.
Yang lainnya juga pasti mau mbak”
“kalau begitu kita
sepakat ya.”
“iya mbak, mbak Sudah
sampai mbak. Mobil mbak dimana?”
“itu yang merah” aku
dan anak ini berjalan menuju tempat mobilku diparkir. Sebelum pergi aku
memberikan kue yang tadi sempat aku beli.
“di ini kue buat andi
makan sama adik sama ibu andi. Tapi andi langsung pulang ya jangan ngojek
payung lagi. Nah ini uang sebagai terima kasih mbak”. Aku memberikan kue dan
uang kepadanya. Tapi anak ini malah menolak dengan asalan.
“tidak usah mbak, aku
sudah sangat senang kalau mbak mau menghargai anak jalanan seperti kami”
katanya sambil tersenyum. Aku yang mendengarnya langsung terharu dibuatnya. Hal
yang kecil yang aku perbuat sangat berdampak besar buat mereka semua. Terima
kasih ya Allah atas pelajaran yang engkau berikan hari ini.
“iya iya. Terima kasih
ya. Tapi kamu harus tetap ambil ini ya. Mbak mohon” katany sambil memelas
“iya aku ambil mbak,
terima kasih ya mbak” anak itu pergi meninggalkanku dengan semua lamunanku.
***
Selama 1 minggu ini aku
dan teman-teman mencari tempat untuk mengajar anak-anak disekitar rusun. Dan
akhirnya kamipun mendapatkan sebuah rumah yang cukup layak untuk kami jadikan
tempat untuk mengajar anak-anak ini. Teman-temanku yang sedang mengambil
pendidikan sebgai seorang guru tampak antusias dengan semua rencanaku, mereka
semua ingin menepakan apa yang mereka dapat selama menimba ilmu. Dan aku
senang, walau tanpa bayaran mereka semua mau dan tampak bersemangat. Kami
menjadwalkan untuk mengajar mereka saat mereka tidak bekerja agar orangtua
mereka tetap mengizinkan anak-anaknya untuk bersekolah walaupun hanya sebatas
sekolah singgah. Disini kami mengajarkan bagaimana cara membaca, menulis,
berhitung dan juga bagaimana cara keterampilan yang bisa mereka terapkan. Dan
dari itu semua kami bisa membuka usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan
sabagai pembuat prakarya rumah singgah. Dimana disini terdapat berbagai macam
hasil karya yang dibuat oleh anak-anak ini.
15 tahun sudah setelah
pertemuan pertamaku dengan andi, kini sekolah singgah yang aku dirikan dengan
teman-temanku sudah mampu memberikan pendidikan kepada siswa-siswanya. Bahkan
karena kegigihan dan kerja keras kami, bayak donatur yang berniat untuk
memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berkeingina keras untuk sekolah. Saat ini kami telah
membuka 4 cabang sekolah singgah dan sudah 200 siswa yang bisa mendapatkan beasiswa
sampai mereka selesai SMA. Dan 50 orang diantaranya bisa melanjutkan sampai
bangku perkuliahan. Termasuk andi, 1 tahun dia menjalani pendidikan di sekolah
dinggah ini dia sudah berhasil mendapatkan beasiswa untuk bersekolah disekolah
formal yang layak. Dan sekarang andi melanjutkan perkuliahan di salah satu
perguruan tinggi negeri ternama di indonesia di jurusan hukum. Karena
bercita-citanya untuk membatu orang-orang miskin yang membutuhkan bantuan
hukum. Sedang aku sendiri, aku sekarang menjalankan rumah singgah yang telah
aku bangun selama 15 tahun dan juga aku memasarkan prakarnya yang dibuat oleh
anak-anak berbakat ini. Dan peminat karya mereka sangat banyak dan tak jarang
dari mereka yang bisa memenangkan perlombaan berkat karya mereka.
Ya Allah terima kasih
atas kesempatanmu mempertemuanku dengan malaikat kecilmu (Andi), aku bisa
bermanfaat untuk banyak orang. Aku mendapatkan bayak pengalaman dari semua itu.
aku bisa menjadi lebih baik dan aku bisa melihat karuniamu yang begitu besar.
Berkat pertemuan itu juga aku mendapatkan jalan yang terbaik. Mempertemukanku
dengan belahan jiwaku yang selama ini aku cari. Berkat pertemuan itu juga aku
mengerti betapa pentingnya menjadi berarti untuk orang lain. Terima kasih
karena Engkau memberikan kesempatan itu padaku bukan kepada orang lain. Engkau
memang Maha Tahu dari segala yang Tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar