Assalammu'alaikum Wr.wb

Selamat datang di blok Berbagi itu Indah, Semoga Bermanfaat

Jumat, 14 Desember 2012

Ketika Hujan Turun


Pelajaran Ketika Datang Hujan

 Cuaca hari ini memang tampak tak bersahabat, sudah 2 jam berlalu tetapi hujan tak menunjukan tanda-tanda akan berhenti. Dari dalam ruangan salah satu kafe aku melihat wajah-wajah yang tak sabaran untuk menunggu hujan mereda. Aku sendiri tidak terlalu memusingkan apakah hujan akan reda secepatnya atau tidak, toh nanti hujan juga akan reda dengan sendirinya. Selain itu bagiku hujan adalah nikmat tersendiri, karena dari hujan aku bisa melihat sisi lain dari kota pempek kota palembang.
Sambil menghirup sop yang aku pesan di cafe ini, samar-samar aku mendengar suara salah seorang wanita bersama teman-temannya yang sedang berteduh, mengeluh karena hujan tak kunjung mereda. Dari pakaian yang mereka kenakan aku bisa melihat mereka dari kalangan yang berdada, rambut diurai yang tampak jatuh lembut, kulit putih yang terawat serta wajah yang dipoles dengan bermacam-macam alat make up. Serta tak lupa High Heels yang sepertinya setinggi 12 cm itu. dan aku berharap kaki mereka cukup kuat untuk menahan rasa sakitnya.
“Haduh, kok hujannya tak kunjung berhenti ya?” ungkap seorang wanita
“iya padahal sayang sekalikan weekend seperti ini malah turun hujan.” Saut salah satu wanita lagi.
“iya, jangan saja sampai nanti malam hujannya tak berhenti. Bisa-bisa malam minggu aku berantakan” kata salah seorang lagi dari mereka.
Tak lama kemudian ada seorang anak kecil yang datang menghampiri ketiga wanita tersebut.
“mbak bagi duit mbak” kata anak kecil tersebut
Dengan tatapan yang tak dapat kugambarkan, aku melihat wanita tersebut seperti kesal melihat anak tersebut “kamu tidak lihat kita lagi kesusahan, eh kamu malah minta duit. Dasar pengemis kecil” kata salah satu dari mereka.
“Iya, kamu kecil-kecil sudah jadi pengemis !! bagaimana besarnya nanti. Seharusnya kamu itu sekolah” tambah salah satu dari mereka.
“dasar pelit, percuma orang kaya kalau tidak mau sedekah. Lebih baik aku yang tidak sekolah dari pada mbak sekolah tinggi-tinggi tapi pemikirannya rendah” maki anak kecil tersebut. Kontan  saja hal ini membuat salah satu dari mereka naik darah dan hendak memaki anak tersebut. Tetapi sebelum hal itu terjadi sang anak telah pergi meninggalkan wanita itu. aku tersenyum geli melihat pemandangan yang terjadi di depan mataku. Sebelum pergi anak itu berhenti dan berteriak lagi.
“Kami tidak sekolah bukan karena kami malas, tapi keadaan yang memaksa kami tidak begini” teriak anak tersebut. Dengan raut muka yang seperti hampir menangis.
Dengan wajah yang mashi tampak merah, anak kecil itu masuk kedalam cafe tempatku berteduh, tak lama kemudiam datang dan menghampiriku.
“mbak bagi duit mbak”
Aku tersenyum lalu kemudian aku memberi salah satu es krim yang ada di mejaku pada mereka. “adek lebih baik adek kerja, dari pada meminta. Hasilnya lebih puas lho dek” kataku pelan.
Kemudian dia pergi dan berlari dengan girang. Tak tampak lagi raut sedih di wajahnya. Ditengah perjalanan anak itu mengatakan terima kasih padaku. Aku tersenyum dan didalam hati aku mengucap rasa syukur kepada Allah, karena dibalik diluar sana masih banyak orang-orang yang tak seberuntung diriku.
Setelah puas menyeduh minumanku, aku beranjak dan hendak pergi keluar dan melanjutkan perjalanan. Aku berdiri tepat disamping ketiga wanita yang aku lihat dari dalam tadi. Di depan mall aku bisa melihat banyak sekali anak kecil yang memanfaatkan berkah hujan turun sebagai rezeki buat mereka. Meski penghasilannya sedikit tetapi berkahnya sungguh luar biasa.
“Dek, ojek payung dek?” tanya seorang wanita yang  kepada salah satu anak yang membawa ojek payung.
“tidak ah mbak, kami kan pengemis jadi mbak minta tolong saja sama orang yang bukan pengemis!” ungkap anak yang membawa payung tersebut. Mendengar jawaban sang anak aku sontak terkejut. Aku masih tidak mengerti mengapa anak ini mengatakan hal yang seperti itu kepada wanita tersebut.  sedangkan wanita tadi hanya bisa diam dan tampak syok mendengar jawaban tersebut.
“dek ojek payung keseberang berapa?” tanyaku pada anak itu. dan kejutan berikutnya kudapatkan, bukan hanya aku tetapi juga ketiga wanita tadi. Ternyata anak ini adalah anak yang tadi kuberi es krim. Aku senang melihatnya sudah tidak meminta-minta lagi, tapi di satu sisi aku sedih karena anak sekecil ini sudah harus mencari uang  dan rela hujan-hujanan hanya untuk mendapatkan sedikit uang utnuk kehidupannya.
“buat mbak gratis”
Lagi-lagi jawaban anak ini membuat aku terkejut untuk kesekian kalinya. “kenapa gratis dek?” tanyaku kemudian. Tetapi yang ditanya malah tersenyum.
“ayo mbak” katanya kemudian
Aku masuk kedalam payung yang dibawa anak ini. Karena perjalanan ketempat yang aku tuju cukup jauh, aku mengajak anak ini berbincang-bincang.
“nama adek siapa?” tanyaku memulai percakapan.
“aku andi mbak” jawabnya sambil tersenyum
“andi umurny berapa?” tanyaku kemudian
“7 tahun mbak?”
“berarti sudah kelas 2 SD ya?”
“andi tidak sekolah lagi mbak.” Jawabny lirih
“kenapa?” tanyaku penasaran.
“mau sih mbak, tapi orang tua aku tidak punya duit. Andi hanya hidup dengan ibu dan adik andi. Ibu hanya bekerja sebagai buruh cuci yang gajinya terbilang kecil. Biarlah mbak, adik andi saja yang sekolah nanti. Dan aku akan membiayai sekolahnya. Biar dia tidak dibilang pengemis lagi.” katanya menjelaskan. Anak sekecil ini sudah punya fikiran yang sangat mulia. Dengan segala keterbatasannya dia bisa mengatakan hal yang istimewa sekali buatku.
“kan sekarang sekolahnya sudah gratis dek”
“yah mbak, di dunia ini tidak ada yang gratis. Semuanya butuh duit mbak. Walaupun kata pak presiden sekolah gratis tapi yang namanya buku, baju dan  sebagainya kan juga belinya pakai duit mbak. Jadi tetap saja ujung-ujungnya bayar. Belum lagi kalau disekolah nanti, pasti bayar ini bayar itu. kalau andi maksain buat sekolah, kasian ibu mbak. Biarlah andi kerja sekarang toh nanti pasti ada jalan” Katanya dengan nada yakin. Mendengar perkataan anak ini, aku mulai berfikir apakah kebijakan untuk sekolah gratis tidak terjamah oleh semua kalangan ? ataukah kebijak tersebut harus dirubah kembali dan harus disesuaikan ?. Entahlah yang pasti masih bayak sekali anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya.
“memang penghasilan andi sehari berapa dari ngamen dan ngojek payung?” tanyaku penasaran
“tidak besar sih mbak, tapi cukup buat makan adik sama ibu. Kira-kira 30.000 mbak” katanya menjelaskan.
Aku mulai berfikir mereka mencari uang seharian hanya untuk mendapatkan uang 30.000 sedang bagiku 30.000 itu sangat kecil dan tidak berarti, tetapi bagi mereka sangat membantu dan berarti.
“Adek mau kalau mbak bantu?” tanyaku kemudian
“bantu apa mbak?” tanyanya terlihat antusias.
“kebetulan mbak, banyak temen yang guru. Adek mau kalau mbak bantu adek buat belajar. Memang sih bukan sekolah seperti sekolah lain. Tapi kan lumayan kalau adek sama teman-teman adek bisa belajar membaca, menghitung dan pengetahuan lainnya. Nanti mbak ajak teman-teman datang kedaerah adek. Gimana?”
“serius mbak. Iya mau mau mbak. Nanti aku ajak semua teman-teman” katanya antusias
“adek tinggal dimana?”
“di Rusun belakang mbak blok 21”
“begini saja, minggu depan adek datang ke dekat Pos satpam yang ada di belakang nanti kita cari tempat buat belajar jam 12 siang.” Kataku kemudian
“iya mbak, aku mau. Yang lainnya juga pasti mau mbak”
“kalau begitu kita sepakat ya.”
“iya mbak, mbak Sudah sampai mbak. Mobil mbak dimana?”
“itu yang merah” aku dan anak ini berjalan menuju tempat mobilku diparkir. Sebelum pergi aku memberikan kue yang tadi sempat aku beli.
“di ini kue buat andi makan sama adik sama ibu andi. Tapi andi langsung pulang ya jangan ngojek payung lagi. Nah ini uang sebagai terima kasih mbak”. Aku memberikan kue dan uang kepadanya. Tapi anak ini malah menolak dengan asalan.
“tidak usah mbak, aku sudah sangat senang kalau mbak mau menghargai anak jalanan seperti kami” katanya sambil tersenyum. Aku yang mendengarnya langsung terharu dibuatnya. Hal yang kecil yang aku perbuat sangat berdampak besar buat mereka semua. Terima kasih ya Allah atas pelajaran yang engkau berikan hari ini.
“iya iya. Terima kasih ya. Tapi kamu harus tetap ambil ini ya. Mbak mohon” katany sambil memelas
“iya aku ambil mbak, terima kasih ya mbak” anak itu pergi meninggalkanku dengan semua lamunanku.

***
Selama 1 minggu ini aku dan teman-teman mencari tempat untuk mengajar anak-anak disekitar rusun. Dan akhirnya kamipun mendapatkan sebuah rumah yang cukup layak untuk kami jadikan tempat untuk mengajar anak-anak ini. Teman-temanku yang sedang mengambil pendidikan sebgai seorang guru tampak antusias dengan semua rencanaku, mereka semua ingin menepakan apa yang mereka dapat selama menimba ilmu. Dan aku senang, walau tanpa bayaran mereka semua mau dan tampak bersemangat. Kami menjadwalkan untuk mengajar mereka saat mereka tidak bekerja agar orangtua mereka tetap mengizinkan anak-anaknya untuk bersekolah walaupun hanya sebatas sekolah singgah. Disini kami mengajarkan bagaimana cara membaca, menulis, berhitung dan juga bagaimana cara keterampilan yang bisa mereka terapkan. Dan dari itu semua kami bisa membuka usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan sabagai pembuat prakarya rumah singgah. Dimana disini terdapat berbagai macam hasil karya yang dibuat oleh anak-anak ini.
15 tahun sudah setelah pertemuan pertamaku dengan andi, kini sekolah singgah yang aku dirikan dengan teman-temanku sudah mampu memberikan pendidikan kepada siswa-siswanya. Bahkan karena kegigihan dan kerja keras kami, bayak donatur yang berniat untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berkeingina  keras untuk sekolah. Saat ini kami telah membuka 4 cabang sekolah singgah dan sudah 200 siswa yang bisa mendapatkan beasiswa sampai mereka selesai SMA. Dan 50 orang diantaranya bisa melanjutkan sampai bangku perkuliahan. Termasuk andi, 1 tahun dia menjalani pendidikan di sekolah dinggah ini dia sudah berhasil mendapatkan beasiswa untuk bersekolah disekolah formal yang layak. Dan sekarang andi melanjutkan perkuliahan di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di indonesia di jurusan hukum. Karena bercita-citanya untuk membatu orang-orang miskin yang membutuhkan bantuan hukum. Sedang aku sendiri, aku sekarang menjalankan rumah singgah yang telah aku bangun selama 15 tahun dan juga aku memasarkan prakarnya yang dibuat oleh anak-anak berbakat ini. Dan peminat karya mereka sangat banyak dan tak jarang dari mereka yang bisa memenangkan perlombaan berkat karya mereka.
Ya Allah terima kasih atas kesempatanmu mempertemuanku dengan malaikat kecilmu (Andi), aku bisa bermanfaat untuk banyak orang. Aku mendapatkan bayak pengalaman dari semua itu. aku bisa menjadi lebih baik dan aku bisa melihat karuniamu yang begitu besar. Berkat pertemuan itu juga aku mendapatkan jalan yang terbaik. Mempertemukanku dengan belahan jiwaku yang selama ini aku cari. Berkat pertemuan itu juga aku mengerti betapa pentingnya menjadi berarti untuk orang lain. Terima kasih karena Engkau memberikan kesempatan itu padaku bukan kepada orang lain. Engkau memang Maha Tahu dari segala yang Tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar